Mar 16, 2014

Zettai ni shiawase ni suru kara!

Malam itu Nishimura Reiko baru saja tiba setelah mengunjungi orang tuanya di Kyoto menuju apartemennya
Nishimura Reiko adalah anak perempuan berusia 17 tahun yang tinggal dan bersekolah di Tokyo, ia tinggal sendiri karena pekerjaan orang tuanya yang mengharuskan kedua orang tua Reiko pindah ke Kyoto.
Reiko menempati apartemen sederhana yang hanya terdiri dari 5 apartemen, lantai pertama terdiri atas 3 apartemen sementara lantai kedua terdiri atas 2 apartemen. Bangunan tua itu masih menyisakan 1 apartemen kosong yang letaknya tepat di depan apartemen Reiko, namun Reiko tidak perlu merasa khawatir karena pemilik apartemen dan tetangga tetangganya sangat baik dan sudah seperti keluarganya sendiri.
Reiko adalah gadis yang ceria, sampai Yashimura Katashi datang dan mengisi hidupnya.
"Oh Reiko Imoutosan, kau sudah pulang rupanya. Mengapa tidak mengabariku untuk menjemputmu di stasiun?" tanya Kitano Minoru, tetangga Reiko
"Ah tidak usah repot-repot Minoru Oniisan aku bisa pulang sendiri, dimana Kakek dan Nenek Koichi?" jawab Reiko sambil menaruh payung lipatnya dan meletakkan mantel supertebalnya, maklum saja musim dingin belum berakhir.
"Mereka sudah tidur, lagi pula ini sudah larut kan. Tadi mereka mengajak kita semua makan Udon bersama, Nenek Koichi dan Mika-chan yang memasaknya. Bagaimana liburan akhir pekanmu? Apa kau merasa lebih baik setelah mengunjungi orang tuamu?" Reiko mendengarkan penjelasan Minoru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang pasti akan di ajukan Minoru. Ya, Reiko dan Minoru sangat dekat bahkan Minoru sudah menganggap Reiko seperti adiknya sendiri. "Aku baik-baik saja Minoru, tidak perlu mengkhawatirkanku lagipula sudah 3 bulan lebih dan aku baik-baik saja bukan?" namun Minoru tidak puas akan jawaban Reiko, dia sangat tahu bahwa Reiko masih menanti Katashi dan berharap Katashi akan memberikan kabar kepada Reiko, walaupun hanya mengabarkan bahwa dirinya masih hidup. "Reiko, kau tidak bisa terus-terusan seperti ini, ya kau memang baik-baik saja dalam 3 bulan terakhir. Namun tidakkah kau sadar bahwa kau seperti robot yang hanya makan-tidur-berjalan-minum-sekolah, bahkan kau tidak pernah lagi tertawa setiap kali aku membuat lelucon seperti dulu. Aku harus bagaimana agar kau tidak terus-terusan memikirkan laki-laki payah itu?" Minoru mulai kesal atas sikap Reiko selama 3 bulan terakhir ini, Reiko tidak punya pilihan..Ia sudah terlalu sering menghindari Minoru dan segudang pertanyaannya "Baiklah, ada yang ingin ku ceritakan padamu. Mari kita ke apartemenku saja aku lelah dan aku ingin makan setelah itu aku akan jelaskan apa saja yang ingin kau ketahu Minoru-kun"
Lalu mereka melewati beberapa anak tangga dan setelah Reiko menikmati kari buatannya, ia siap untuk berbagi dan menceritakan segala hal yang ingin diketahui Minoru.
"Baiklah, kau ingin aku menjelaskan dari mana? Tanyakan saja, aku sendiri bingung akan menceritakannya dari mana dan sejujurnya aku paling tidak suka mengingat kejadian ini" tanya Reiko sambil berjalan menuju sofa tempat Minoru duduk menantinya. "Reiko-chan seberapa berarti dia untukmu? Mengapa pula kau sampai seperti robot hanya karena dia pergi entah kemana? Bukan kah selama ini kau selalu meyakini dirimu untuk tidak menangis karena laki-laki?" tanya Minoru tak sabar akan penjelasan Reiko. "Katashi memang bukan cinta pertamaku, namun dia mengajariku banyak hal. Aku benar benar merasa nyaman didekatnya kau tahu? Dia sangat mengerti bagaimana menyikapiku...dan...dia juga sangat sopan, ya, sebelum aku tahu bahwa ternyata dia sama saja dengan laki-laki manapun" Reiko diam sebentar "Hari itu, aku dan teman temanku sedang berada di Shibuya dan aku...melihatnya...." air mata Reiko tak tertahankan, dan ia mulai menangis di pundak Minoru. "Aku melihatnya Minoru, dia bersama wanita itu. Wanita yang paling kubenci, kau tahu Momoko bukan? Primadona angkatanku, saingan nomor satuku, dan dia bersama Momoku...Dia merangkul dan tersenyum kepada Momoku seperti dia tersenyum dan merangkulku sewaktu kita bersama" Reiko masih terus menangis, dan tangan Minoru mengusap rambut-rambut ikal Reiko yang halus sambil mencoba menenangkan Reiko. "Lalu? Setelah itu apa yang terjadi?" tanya Minoru, menunggu Reiko melanjutkan cerita-ceritanya. "Dua hari setelah kejadian itu, aku menemui Katashi dan mencoba meminta penjelasannya, namun tanpa menjelaskan apapun ia pergi. Tidak, dia tidak memutuskanku Minoru...Kau tahu? Dia hanya pergi, dan aku tidak tahu kemana dia sekarang, aku sudah menanyakannnya kepada teman-temannya bahkan aku pun mendatangi rumahnya, dan rumah itu kosong. Mungkinkah Katashi pindah? Tapi mengapa dia tidak bilang bahwa dia akan pindah? Dan mengapa dia tidak menjelaskan apapun kepadaku tentang kejadian yang kulihat di Shibuya waktu itu?" tangis Reiko semakin menjadi jadi dan Minoru tetap membiarkannnya bersandar dibahu Minoru. "Reiko, untuk apa kau masih menantinya? Kalau kau memang berarti untuknya, sudah pasti dia akan menjelaskan segalanya kepadamu, dan kalaupun dia sudah bosan denganmu dia pasti akan memutuskanmu bukan meninggalkanmu tanpa kejelasan seperti ini. Untuk apa kau masih menangisi laki-laki pengecut itu sampai 3 bulan lebih seperti ini? Reiko, kau masih memiliki semua orang yang menyayangimu, berhentilah bersikap seolah-olah duniamu telah berakhir karena dia pergi tanpa memberimu kejelasan. Berhentilan bersikap seperti robot batu, kau masih memiliki orang yang menyayangimu, kau masih memiliki aku." jelas Minoru kepada Reiko dengan memberikan tekanan pada kata 'aku' dan segera memeluk Reiko dengan erat. "Kau benar Minoru, aku sudah bersikap berlebihan dan tidak menyadari apa yang ada di sekelilingku. Aku harus berubah menjadi Reiko yang dulu, yang ceria dan selalu optimis bahwa segalanya bisa berjalan dengan baik selama aku berusaha dan berada di dekat orang-orang yang menyayangiku. Mulai besok, aku berjanji tidak akan lagi menangis dan tidak akan menjadi seperti robot usang lagi. Aku akan kembali, lagi pula aku masih remaja dan tentu saja banyak sekali laki-laki yang bisa aku ajak kencan hahahaha" ucap Reiko ceria sambil menghapus air matanya dan menarik diri dari pelukan Minoru. "Ya, kau benar banyak sekali laki-laki yang bisa kau ajak kencan. Namun sebelum kau mengajak mereka kencan, bagaimana kalau aku yang mengajakmu terlebih dahulu? Dari dulu aku selalu saja terlambat dan di dahului oleh Katashi pecundang itu, maka kali ini aku tidak memiliki alasan untuk terlambat mengajakmu kencan lagi, bukan?" kali ini tidak ada nada bercanda dalam kalimat-kalimat yang baru saja Minoru ucapkan pada Reiko. Reiko akhirnya mngalihkan pandangan kepada Minoru, mata mereka bertemu, Minoru menatap lurus mata coklat Reiko. Tanpa disadari, jantung Reiko berdebar cepat dan napasnya tercekat, untuk sepersekian detik Reiko menahan napas dan menyadari bahwa tetangganya selama ini memiliki wajah yang menarik. "Hei, aku baru sadar ternyata kau tampan juga" ucap Reiko diiringi tawa. "Jadi, mulai sekarang kau baru benar-benar bisa melihatku? Berhati-hatilah bisa-bisa nanti setelah kencan kau malah jatuh cinta padaku" goda Minoru, tanpa disadari pipi Reiko memerah dan ia pun tersenyum simpul. Apakah dia benar-benar memiliki perasaan terhadap Minoru? Ah...ini terlalu cepat batinnya. Ia tidak ingin menjadikan Minoru pelarian sesaat, kita lihat saja nanti...............


AZS

No comments:

Post a Comment